Rabu, 28 Desember 2011

imunologi


Pendahuluan
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malafungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo.
Penyakit AutoImune adalah penyakit dimana sistem kekebalan yang terbentuk salah mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau organ tubuh manusia justru dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibodi. Jadi adanya penyakit autoimmune tidak memberikan dampak peningkatan ketahanan tubuh dalam melawan suatu penyakit, tetapi justru terjadi kerusakan tubuh akibat kekebalan yang terbentuk. (NIH, 1998; Schaechter dkk., 1993 : Salyers dan Whitt, 1994 : Pelczar dkk. 1986 : Madigan dkk. 1997).Belum ada buktikan yang bisa menunjukkan bahwa penyakit autoimmune ini bersifat menular. Penyakit autoimmune tidak menyebar kepada individu lainnya sebagaimana penyakit infeksi Gen individu penderita penyakit autoimmune memiliki konstribusi terhadap penularan penyakit autoimmune.
Penyebab utama autoimun adalah genetik .Telah ditunjukkan pada manusia bahwa gen major histocompatibility complex (MHC) dikaitkan dengan kejadian spesifik dari penyakit autoimmune. Gen MHC ada pada semua vertebrata, gen ini menandai 2 katagori pokok molekul yang membentuk bagian dari sel membran dan seluruh bagian membran (Schaechter dkk., 1993 : Henderson dkk., 1999)
Autoimunitas adalah kegagalan suatu organisme untuk mengenali bagian dari dirinya sendiri sebagai bagian dari dirinya, yang membuat respon kekebalan melawan sel dan jaringan miliknya sendiri. Beberapa penyakit yang dihasilkan dari kelainan respon kekebalan ini dinamakan penyakit autoimun.

ISI
Kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh atau sistem imun yang terlalu aktif dapat membuat badan menyerang jaringannya sendiri, sistem imun gagal untuk memusnahkan dengan tepat antara diri sendiri dan bukan diri sendiri, dan menyerang bagian dari tubuh. Penyakit-penyakit yang muncul karena kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh atau sistem imun yang terlalu aktif disebut penyakit  autoimun. Berikut penyakit-penyakit yang merupakan penyakit autoimun:
  1. Asma
  2. Elergi
  3. Psoriasis
  4. Lupus
  5. Tiroid
  6. Rheumatoid Arthritis
  7. Myasthenia gravis
  8. Acute disseminated encephalomyelitis
  9. Multiple Sclerosis
  10. Gullain-Barre Syndrome
  11. Paraneplastic Neurologic disorders
  12. Cerebellar degeneration
  13.  Autoimmune chronic active hepatitis
  14. Primary biliary sclerosis
  15. Gastrointestinal tract,dsb
Asma
Asma adalah suatu keadaan di mana terjadi gangguan pada saluran nafas, yaitu mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan penyempitan ini bersifat sementara.

Gejala penyakit asma:
·         Desah – bunyi tinggi menciut-ciut atau meniup sewaktu bernapas
·         Dada terasa sakit tertekan
·         Sesak nafas
·         Batuk  
Penyebab asma juga berbeda tergantung penderitanya. Bagi sejumlah penderita, mungkin sulit untuk mengetahui apa yang menyebabkan asma.Penyebab yang paling sering ditemui adalah:
  • Pilek dan flu pada anak-anak
  • Gerak badan (dapat dikurangi)
  • Serbuk sari, jamur atau rumput
  • Bulu binatang dan ketombe (sisik kulit)
  • Tungau
  • Asap rokok
  • Perubahan suhu udara dan cuaca
  • Obat tertentu (mis. aspirin dan beberapa jenis obat tekanan darah)
  • Bahan kimia, bau kuat dan semprot aerosol tertentu (mis. minyak wangi)
  • Makanan, bahan pengawet, penambah rasa dan warna tertentu
  • Pekerjaan tertentu
  • Perasaan tertentu (mis. stres)
Alergi
            Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan zat-zat yang tidak berbahaya. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut allergen.
Gejala yang mungkin terjadi akibat alergi adalah:
  • rasa gatal pada tenggorokan; gatal pada mulut;
  • gatal pada mata; gatal pada kulit atau bagian tubuh lainnya;
  • sakit kepala; hidung tersumbat atau hidung meler;
  • sesak napas;
  • bengek;
  • kesulitan menelan;
  • mendadak pilek dan bersin-bersin,,dll.
Reaksi alergi yang membahayakan nyawa disebut dengan anafilaksis. Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya syok, penurunan tekanan darah yang mendadak dan kesulitan bernapas. Pada orang yang memiliki alergi, anafilaksis dapat terjadi setelah beberapa menit terpapar zat penyebab alergi yang spesifik (alergen). Tapi bisa juga reaksi yang muncul tertunda (delayed reaction) atau tanpa pemicu yang jelas. Pemicu anafilaksis yang umum seperti dari obat-obatan (terutama golongan penicilin), makanan (kacang tanah, ikan, kerang dan udang serta sengatan serangga (lebah, tawon dan semut api)
Berikut ini tanda dan gejala yang muncul jika seseorang mengalami anafilaksis, seperti dikutip dari MayoClinic, Kamis (4/8/2011) antara lain:
1. Reaksi kulit termasuk gatal-gatal dan kulit memerah atau pucat
2. Pembengkakan pada wajah, mata, bibir atau tenggorokan
3. Penyempitan saluran napas, menyebabkan mengi dan kesulitan bernapas
4. Denyut nadi lemah dan cepat
5. Mual, muntah atau diare
6. Pusing, pingsan atau tidak sadarkan diri
Beberapa hal yang perlu dilakukan jika seseorang mengalami anafilaksis yaitu:
1. Membaringkan seseorang yang terkena reaksi alergi anafilaksis.
2. Melonggarkan pakaian yang ketat dan menutupinya dengan selimut.
3. Jangan memberikan apa pun untuk minum.
4. Jika orang tersebut muntah atau terjadi pendarahan dari mulut, maka posisikan tubuh supaya tidak tersedak.
5. Untuk mengobati serangan alergi bisa diberikan epinephrine autoinjector, seperti EpiPen dan Twinject
6. Penggunaan epinephrine autoinjector dilakukan dengan menekan autoinjector pada paha.
7. Jika tidak ada tanda-tanda bernapas, batuk atau gerakan, maka segera lakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR).
8. Segera hubungi dokter atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan darurat bahkan jika gejala mulai membaik. Karena masih ada kemungkinan gejala berulang.
9. Biasanya diperlukan pemantauan di rumah sakit selama beberapa jam.

Pengobatan:
·         Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup, untuk membuka saluran pernafasan dan meningkatkan tekanan darah.
·         Untuk mengatasi syok, diberikan cairan melalui infus dan obat-obatan untuk menyokong fungsi jantung dan peredaran darah.
·         Antihistamin (contohnya diphenhydramine) dan kortikosteroid (misalnya prednison) diberikan untuk meringankan gejala lainnya (setelah dilakukan tindakan penyelamatan dan pemberian epinefrin).
Mencegah allergi:
1. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
2. Tidak memelihara binatang di dalam rumah.
3. Hindari rokok/asap rokok dan polusi asap lainnya.
4. Untuk penderita asma, hindari penggunaan pewangi ruangan, parfum atau obat anti nyamuk.
5. Jangan menggunakan pendingin ruangan ( AC ) terlalu dingin.
7. Hindarilah makanan, minuman, maupun obat obatan yang diduga menimbulkan allergi.
Obat yang sering menimbulkan allergi.
1. Antibiotika Penisillin dan turunannya ( Ampisilin, Amoksisilin, Kloksasilin ).
2. Antibiotika Sulfonamide.
3. Obat antidemam dan antinyeri ( asam salisilat, metamezol, metampiron, parasetamol )



Psoriasis
Penyebab Psoriasis hingga kini belum diketahui secara pasti. Diduga beberapa faktor sebagai pencetus timbulnya Psoriasis, antara lain:
  1. Faktor herediter (genetik).
  2. Faktor psikis.
  3. Faktor infeksi fokal.
  4. Penyakit metabolik (misalnya diabetus melitus laten).
  5. Faktor cuaca.
Gejala- gejala psoriasis
Pada tahap permulaan, mirip dengan penyakit-penyakit kulit eritro papulo skuamus dermatosa (penyakit kulit yang memberikan gambaran bercak merah bersisik). Namun gambaran klinis akan makin jelas seiring dengan waktu lantaran penyakit ini bersifat menahun (kronis).
Pengobatan:
Mengingat bahwa hingga kini belum dapat diberikan pengobatan kausal (menghilangkan penyebabnya), maka pengobatan yang dilakukan adalah upaya untuk meminimalisir keluhan, yakni menekan atau menghilangkan faktor pencetus (stress, infeksi fokal, menghindari gesekan mekanik, dll) dan mengobati bercak-bercak psoriasis.
LUPUS
            Penyakit LUPUS adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi . Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh.

Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
  1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan.
  2. Penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
  3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash
  4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit LUPUS ini
  5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan
6.      Antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas .
Pada penderita rheumatoid arthritis, sistem kekebalan secara significant melakukan taget kerusakan di daerah liningsynovium yang membungkus persendian. Peradangan bagian sinovium ini biasanya simetris (kejadiannya sama sebangun dari kedua organ tubuh), menyebabkan sakit, bengkak, dan kaku pada persendian. Penyakit rheumatoid arthritis dibedakan dari osteoarthritis yang lebih umum ditemukan kasusnya disertai arthiris “wear-and-tear” degenerative. Akhir-akhir ini fokus therapi dilakukan dengan mengurangi peradangan dari persendian dengan menggunakan obat-obat anti peradangan atau immunosuppressive. Kadang-kadang sistem immune juga merusak paru, pembuluh darah atau mata. Jarang muncul pasien yang memiliki gejala penyakit autoimmune lainnya, seperti peradangan Sjogren’s, gatal dan bersisik. Pada beberapa kasus pengobatan oral sering dilakukan (NIH, 1998 ; Roitt, 1991).
Multiple sclerosi
Multiple sclerosis adalah penyakit dimana sistem immune merusak jaringan syaraf dari sistem syaraf pusat. Umumnya, kerusakan pada sistem syaraf pusat terjadi intermitten, sehingga memungkinkan penderita dapat melakukan aktivitas kehidupan normal. Pada kejadian yang ekstrem, gejalanya tampak permanen sehingga penderita akan mengalami kebutaan, kelumpuhan, dan kematian premature. Beberapa terapi dengan menggunakan obat semacam beta interferon sangat membantu bagi penderita dengan gejala intermitten (NIH,1998).
Alzheimer
Penyakit Alzheimer merupakan salah satu bentuk demensia. Demensia adalah gejala kerusakan otak yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berpikir, daya ingat, dan fungsi berbahasa.
Penyebab Penyakit Alzheimer terjadi kehilangan sel saraf di otak di area yang berkaitan dengan fungsi daya ingat, kemampuan berpikir serta kemampuan mental lainnya. Keadaan ini diperburuk dengan penurunan zat neurotransmiter, yang berfungsi untuk menyampaikan sinyal antara satu sel otak ke sel otak yang lain. Kondisi abnormal tersebut menjadi penyebab mengapa pada penyakit Alzheimer fungsi otak untuk berpikir dan mengingat mengalami kemacetan.
Gejala-gejala:
1. Mengajukan pertanyaan yang sama pada satu saat berulang-ulang atau mengulangi cerita yang sama, dengan kata-kata yang sama terus-menerus.
2. Lupa cara untuk melakukan kegiatan rutin.
3. Gangguan berbahasa.
4. Disorientasi.
5. Gangguan berpikir secara abstrak.
6. Gangguan kepribadian.
7. Gangguan untuk membuat keputusan sehingga menjadi tergantung pada pasangannya



Kesimpulan
·         Penyakit AutoImune adalah penyakit dimana sistem kekebalan yang terbentuk salah mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau organ tubuh manusia justru dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibodi.
·         Berikut penyakit-penyakit yang merupakan penyakit autoimun: Asma,Elergi,Psoriasis,Lupus,Rheumatoid Arthritis,Myasthenia gravis,Multiple Sclerosis,dsb
·         Asma adalah suatu keadaan di mana terjadi gangguan pada saluran nafas, yaitu mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan penyempitan ini bersifat sementara.
·         Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan zat-zat yang tidak berbahaya. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan reaksi.
·         Reaksi alergi yang membahayakan nyawa disebut dengan anafilaksis.
·         Psoriasis mirip dengan penyakit-penyakit kulit eritro papulo skuamus dermatosa (penyakit kulit yang memberikan gambaran bercak merah bersisik). Namun gambaran klinis akan makin jelas seiring dengan waktu lantaran penyakit ini bersifat menahun (kronis).
·         Penyakit lupus tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh
·         Pada penderita rheumatoid arthritis, sistem kekebalan secara significant melakukan taget kerusakan di daerah liningsynovium yang membungkus persendian.
·         Multiple sclerosis adalah penyakit dimana sistem immune merusak jaringan syaraf dari sistem syaraf pusat.
·         Penyakit Alzheimer merupakan salah satu bentuk demensia. Demensia adalah gejala kerusakan otak yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berpikir, daya ingat, dan fungsi berbahasa.


Daftar Pustaka
Health First vol 8 Okt - Des 2009
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin, SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK. Unair/RSU Dr. Soetomo, cetakan IV, 2008.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUI, edisi IV, 2005.
Marwali Harahap, Prof. Dr, Ilmu Penyakit Kulit, cetakan I, 2000.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, RSU Dr. Soetomo, 2005.

Isolasi,Identifikasi dan Pemurnian Kofein dari Daun The (Theae Folium)
TUJUAN
·         Ekstraksi padat-cair senyawa organik dari simplisia tanaman
·         Ekstraksi cair-cair secara bertahap
·         Kromotografi lapis tipis dan kromatografi lapis tipis preparatif dari senyawa organik
·         Pemurnian hasil isolasi dengan cara sublimasi
DASAR TEORI
            Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut.Ekstraksi  dapat dibedakan menjadi dua: ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.
Ekstraksi padat-cair
            Ekstraksi padat-cair adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert kedalam pelarutnya.Macam-macam cara ekstraksi padat-cair:
·         Maserasi :Metode pengekstaksian serbuk simplisia dengan cara merendam dalam cairan penyari dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar.Metode maserasi sering dimodifikasi dengan cara remaserasi.
·         Perkolasi :Metode pengekstraksian dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan.
·         Digesti :Maserasi kinetik dengan pengadukan yang kontinyu pada temperature yang lebih tinggi dari temperature ruangan (kamar),yaitu secara umum dilakukan pada temperature 40-50 C.
·         Refluks :Ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya pendingin balik.
·         Soxhlet :Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus (alat soxlet) sehingga  terjadi ekstraksi berkesinambungan / kontinyu dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik.
·         Destilasi :
o   Destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan zat cair yang titik didihnya rendah atau memisahkan zat cair dengan zat padat atau minyak.
o   Destilasi Uap Air adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari simplisia tanaman.Metode ini diperuntukan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.
Ekstrasi Cair – Cair
            Ekstraksi cair-cair yaitu suatu proses transfer massa zat terlarut (solut) diantara 2 pelarut yang tidak saling bercampur.Zat yang diekstraksi terdapat didalam cairan berbentuk cair.Tujuan ekstraksi pelarut adalah purifikasi dan pemisahan dua senyawa atau lebih berdasarkan koefisien distribusinya.
Kesempurnaan ekstraksi dipengaruhi oleh PH,macam pelarut,jumlah volume pelarut,dan jumlah ekstraksi yang dilakukan.

Kromatografi

·         Kromatografi Lapis Tipis adalah cara pemisahan zat yang cepat dengan menggunakan zat penjerap serbuk halus yang dilapiskan seba rata pada lempeng kaca atau bahan lain yang sesuai
·         Kromatografi Kertas
·         Kromatografi Kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campurannya.




 
DAUN TEH                                                   DAUN TEH KERING

SISTEMATIKA TANAMAN TEH ( THEAE SINENSIS ) :

• Divisi : Spermatophyta ( Tumbuhan biji )
• Subdivisi : Angiospermae ( Tumbuhan Biji Terbuka )
• Kelas : Dicotyledoneae ( Tumbuhan biji belah )
• Subkelas : Dialypetalae
• Ordo : Guttiferales ( Clusiales )
• Familia : Camilliaceae ( Theaceae )
• Genus : Camellia
• Spesies : Camellia sinensis ; Theae sinensis
• Varietas : Assamica

KANDUNGAN THEAE FOLIUM ( DAUN TEH )

Alkaloid golongan purin antara lain kofein, theofilin dan theobromin. Selain itu juga mengandung polifenol, tannin, asam fenolat, katekin (epikatekin/EC, Epigalat/EG, Epigalokatekin /EGC, Epigalo katekin Galat/EGCG, Quersetin (Soya, Noni.2007) ). Teh berguna untuk antioksidan (katekin), antikanker, mencegah peningkatan kolesterol dalam darah, anti diare (tanin).
Dalam daun teh kofein berada dalam prosentase 2–5 %. Kofein (1, 3, 7 Trimethilxantin) berupa kristal jarum mengkilat warna putih, tidak berbau dan berasa pahit. Kelarutan kofein dalam air (1 : 45,5 suhu 25º C; 1: 5,5 suhu 80º C; 1 : 1,5 suhu 100º C ), dalam alkohol (1 : 22); diklormetan (1:7); CHCL3 (1:6). Berat molekul 194,19 dan titik lebur 235.



 









STRUKTUR DAUN TEH

AKTIVITAS EMPIRIS

Kofein bersifat termostabil sehingga ekstraksi dapat dilakukan dengan cara refluks atau digesti. Penambahan MgO dapat memisahkan kofein dari senyawa – senyawa yang tidak diinginkan misalnya tanin. Jika konsentrasi basa terlalu tinggi dapat merusak kofein menjadi koefeedin. Penambahan asam sulfat untuk mengendapkan MgO yang tidak tersaring dengan menbentuk garam.
Kofein dalam fase cair diekstraksi dengan kloroform karena dalam suasana asam kelarutan kofein dalam kloroform lebih besar dari kelarutan dalam air. Kofein yang terekstraksi dalam kloroform dicuci dengan NaOH untuk menghilangkan warna alaminya juga untuk menetralkan kelebihan H2SO4. Kofein pada manusia mempunyai efek stimulasi SSP, relaksasi otot bronkus dan diuretik.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi, diantaranya (Kirk-Othmer, 1998) :
a. Suhu
Kelarutan bahan yang diekstraksi dan difusivitas biasanya akan meningkat dengan meningkatnya suhu, sehingga diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Pada beberapa kasus, batas atas untuk suhu operasi ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perlunya menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.

b. Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas bidang kontak antara padatan dan solven, serta semakin pendek jalur difusinya, yang menjadikan laju transfer massa semakin tinggi.
c. Faktor solven
Kafein biasanya diisolasi dengan ekstraksi menggunakan solven organik, dan kondisi ekstraksi (solven, suhu, waktu, pH, dan rasio komposisi solven dengan bahan) dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi kafein (Perva U et al., 2006).

PRINSIP KERJA

1. Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat atau kering yang diperoleh dengan mengekstraksi zat-zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair. Ekstraksi merupakan proses penyarian simplisia nabati atau simplisia hewani dengan cara dan pelarut yang sesuai, bebas dari pengaruh cahaya langsung.
Ekstraksi dapat dilakukan berbagai cara :
a. Ekstraksi padat – cair ( Leaching ) adalah :
Transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen trlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dilakukan jika bahan yang dimaksud larutnya dalam solvent pengekstrak.






b. Ekstraksi cair – cair adalah :
Suatu proses transfer massa zat terlarut ( solut ) diantara 2 pelarut yang tidak saling campur. Zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran berbentuk cair. Tujuan utama ekstraksi pelarut adalah purifikasi. Purifikasi dapat terjadi jika solut memiliki koefisien partisi besar sedangkan pengotor memiliki koefisien partisi yang lebih rendah. Kegunaan lainnya untuk pemisahan dua senyawa atau lebih berdasarkan koefisien distribusinya, hal ini terjadi jika dua senyawa memiliki sifat kimia sangat berbeda.
2. Kromatografi
Dasar pemisahan: Perbedaan kecepatan migrasi komponennya / senyawa – senyawa yang dibawa oleh fase gerak dan ditahan secara selektif oleh fase diam, yang bertujuan untuk memisahkan senyawa – senyawa dengan waktu yang tidak terlalu lama.
 Metode kromatografi yang dipakai pada pratikum ini antara lain :
a. Kromatografi lapis tipis (KLT) :
Merupakan cara pemisahan zat yang cepat dengan menggunakan bahan berbutir – butir (fase diam) yang ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas/ kaca, logam, atau lapisan lain yang sesuai. Mekanisme pemisahan : adsorpsi dan partisi.
Penilaian kromatogram : angka Rf pada lempeng KLT.
Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf atau hRf atau x 100. Jika angka hRf > hRf yang dinyatakan , dapat dikatakan kepolaran pelarut harus dikurangi, jika angka Rf < hRf yang dinyatakan, maka komponen polar pelarut harus dinaikkan ( Egon Stahl, 1985 ).
b. Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) :
KLTP masih merupakan metode yang banyak digunakan karena merupakan metode yang sederhana, relatif murah, cepat dan mampu memisahkan sampel antara 1mg – 1 g. KLTP digunakan pada pemurnian tahap akhir dalam prosedur isolasi (tergantung kompleksitas ekstrak), diutamakan untuk pemisahan campuran yang telah dipisahkan sebagian.
3. Sublimasi :
Sublimasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang mudah menyublim dengan cara penyubliman melalui pemanasan. Sublimasi dapat dilakukan untuk memisahkan komponen campuran yang mudah menyublim. Dalam hal ini zat yang dapat menyublim adalah kofein.
ALAT DAN BAHAN

1.        Isolasi
Alat : Beaker glass, corong pisah, corong gelas, beaker glass, pemanas, cawan penguap, klem dan satif.
Bahan : teh kering, MgO/CaO, NaOH, aquadest, CHCL
2.      KLT dan KLT Preparatif
Alat : Bak kromatografi, lempeng KLT Silika gel GF₂₅₄, beaker glass, pipa kapiler, kertas saring, papan kromatografi, beaker glass.
Bahan : kofein, metanol, eter, kloroform, Silika gel GF₂₅₄,
3.      Sublimasi
Alat : Cawan penguap, corong gelas, kertas saring, kapas, asbes, kaki tiga

CARA KERJA

1.      Isolasi Kofein
a.      Ekstraksi padat-cair
Masukkan 50 gram serbuk teh kering dalam beaker glass 500 ml, tambahkan 25 gram MgO dan 250 ml air panas. Panaskan dengan lampu spiritus selama 1 jam. Saring panas-panas dengan kain saring. Filtrat ditampung dan tambahkan 25 ml HSO 10 % uapkan sampai volume semula ( bila terjadi larutan koloidal, saring ).
b.      Ekstraksi cair-cair
Masukkan larutan dalam corong pisah, ekstraksi dengan 3 x 25 ml CHCL₃. Kumpulkan fase CHCL, cuci dengan NaOH 10 % ( beberapa tetes ) dan pisahkan dengan corong pisah. Residu berada di atas, ambil ekstrak di lapisan bawah tampung dalam cawan penguap/petri. Cuci residu dengan CHCL  15 ml, campur hasil cucian dengan ekstrak bersih.
 Uapkan ekstrak yang didapat sampai kering.



2.      Kromatografi lapis tipis
Larutkan sedikit ekstrak kering dalam 1 ml CHCL, totolkan sampel dan standar dengan menggunakan pipa kapiler pada jarak 1 cm dari sisi bawah lempeng KLT. Lapisi bak kromatografi dengan kertas saring. Jenuhkan bak kromatografi dengan fase gerak CHCL-metanol ( 1 : 1 ), ditandai dengan kertas saring terbasahi semuanya.
Masukkan lempeng KLT dalam bak kromatografi, elusi hingga pelarut mencapai 1 cm dari sisi lempeng KLT. Angkat lempeng KLT, angin-anginkan hingga kering. Amati noda dan bandingkan dengan standar di lampu UV, hitung harga Rf-nya.
3.      Kromatografi lapis tipis preparatif
Larutkan 2 gram ekstrak kering daun teh dalam kloroform 5 ml. Totolkan 5 ml larutan pada papan kromatografi perlahan-lahan, setiap tahap diikuti dengan pengeringan dengan penyemprotan adara panas. Penotolan dilakukan pada daerah 3 cm dari sisi bawah papan kromatografi dalam bentuk garis melintang.
Ke dalam bak kromatografi yang telah dilapisi kertas saring dimasukkan pelarut kloroform : metanol ( 1 : 1 ), sehinnga tinggi pelarut di dalam bak setinggi 2,5 cm. Diamkan beberapa saat hingga kertas saring dibasahi pelarut.
Masukkan papan kromatografi yang telah ditotoli ke dalam bak kromatogarfi.
Lakukan elusi dengan pelarut CHCL-metanol ( 1 : 1 ) dan hentikan elusi bila pelarut telah mencapai daerah sekitar 1 cm dari sisi atas papan kromatografi. Papan kromatografi diangkat dan dikeringkan dengan semprotan udara panas. Ulangi elusi sampai diperoleh pemisahan yang baik ( dua sampai tiga kali elusi ).
Jika pemisahan telah baik, angkat papan dan semprot dengan udara panas.
Amati noda di bawah lampu UV, beri tanda daerah fluorosensi biru. Kerok lapisan pada daerah yang bertanda, hasil kerokan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam labu elenmeyer 100 ml, tambahkan 50 ml CHCL, aduk sampai homogen, kemudian disaring, tampung filtrat dalam cawan porselen. Sisa penyaringan dimasukkan dalam labu erlenmeyer kembali dan ditambah 50 ml, saring dan tampung filtrat, kumpulkan dengan filtrat pertama. Uapkan filtrat sampai diperoleh sisa kering Kristal kofein kasar.
Lakukan pemurnian dengan cara sublimasi.


4.      Sublimasi
Masukkan kristal kasar yang diperoleh dalam cawan porselen. Tutup krus dengan corong yang di dalamnya telah diberi kertas saring berlubang-lubang. Tutup ujung corong dan tempatkan kapas basah di sekeliling corong. Panaskan krus dengan lampu spiritus selama kurang lebih lima menit. Krus didinginkan selama 5 menit, kemudian corong dibuka dan kristal kofein hasil sublimasi dikumpulkan, dan ditimbang. Hitung rendemen yang didapat dan tentukan titik lebur kristal yang telah didapat.


PERHITUNGAN

·         Berat sampel daun teh kering :
Berat daun teh kering + plastik           = 36,804 gram
Berat plastik                                         = 0,990 gram –
Berat sampel daun teh kering                         = 35,814 gram

·         Metode isolasi / ekstraksi :
Berat zat yang di dapat metode isolasi/ ekstraksi:
Berat beker glass + zat                        = 62,589 gram
Berat beker glass                                 = 62,363 gram
Berat zat                                               = 0,226 gram






·         Metode kromatografi lapis tipis :
Fase gerak                        : methanol : CHCL (1:1/ 5ml : 5ml)
Fase diam                         : Silica gel
Pereaksi pendeteksi          : Perendaman flouresensi (bercak gelap ), UV 254 nm
Dari hasil elusi KLT didapat :
Berat beaker + ekstrak kering                         =  62,589 gram
Berat beaker + sisa ekstrak yang ditotolkan   =  62,363 gram
Berat sisa ekstrak yang ditotolkan                  =    0,226 gram

Berat ekstrak kering                            =  0,226 gram
Berat sisa ekstrak yang ditotolkan      =  0,133 gram
Berat ekstrak yang ditotolkan             =  0,093 gram
x (jarak yang ditempuh solut) 5,0 cm
y (jarak yang ditempuh eluen sampai tanda batas) 5,4 cm
Perhitungan Rf:
Rf = jarak yang ditempuh solute sampai tanda batas   x 100%
        jarak yang ditempuh eluen sampai tanda batas
     = 4,7 cm  =  0,992
        5,1 cm
HRf     = x 100%
= 0,922 x 100%
            = 92,2 %
           

Sampel
Kode bercak

Rf
Warna noda
Visual
UV 254 nm
UV 366 nm
Pereaksi
Kafein dari ekstrak daun teh
4,7 cm
0,922
Putih
Ungu
-
-
Standart

4,7 cm
0,922
Putih
Ungu
-
-



Pembacaan pada sinar UV λ = 254 nm menunjukkan adanya senyawa kofein dengan adanya fluoresensi biru keunguan.
Gambar :






·         Kromatografi lapis tipis preparatif
Fase gerak                  : CHCL3 : methanol (1:1/ 20ml:20ml)
Fase diam                   : Silika GF 254
Pereaksi pendeteksi  : Perendaman flouresensi sinar UV 254 nm
Dari hasil percobaan metode KLTP didapatkan :
Berat erlenmeyer + kerokan          =  65,28 gram
Berat erlenmeyer kosong              = 63,72gram -
Berat kerokan                                =  1,56   gram
·         Hasil sublimasi
a.       Organoleptis : Kristal putih mengkilat seperti jarum.
b.      Data
Berat daun teh
Berat ekstrak kering
Berat hasil kerokan
Berat hasil sublimasi

Titik lebur
35,814 gram

0,226 gram
1,56 gram
0,015 gram


Pemurnian zat :
Berat plastik + kristal              =  0,492 gram
Berat plastik kosong               =  0,477 gram -
Berat kristal                             =  0,015 gram

Perhitungan Rendemen:
Rendemen ekstrak kofein = ekstrak kristal kasar   x 100%
                                                serbuk teh awal
                                            =  0,226               x 100%
                                                35,814
                                            = 0,63  %
Rendemen kafein kristal   = kristal preparative          x 100%
                                           ekstrak kafein preparative
                                         = 0,015       x 100%
                                            1,56
                                          = 0,96 %

Gambar :






PEMBAHASAN
a. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses penarikan, pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Praktikum ini, untuk tahap ekstraksi terjadi 2 macam yaitu: ekstraksi padat – cair dan ekstraksi cair – cair.
Ekstraksi padat – cair :
Dilakukan karena bahan yang dikehendaki dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi serbuk teh dengan aquadest ini termasuk proses digesti (maserasi dengan proses pengadukan kontinyu pada temperatur kamar ) 40ᵒ - 50ᵒ C). Adapun penambahan MgO (bersifat basa) untuk mengikat senyawa selain kofein dan H2SO4 10% pada saat pencampuran filtrat 1 dan 2 bermaksud untuk menurunkan pH (mengasamkan).

Ekstraksi cair – cair :
Pada ekstraksi cair – cair ini, percobaan dilakukan di corong pisah. Filtrat yang di dapat dari ekstraksi padat – cair ditambah CHCL3 25 ml NaOH secukupnya , lalu gojog sampai 15 kali hingga jernih, diamkan sebentar tampung bagian bawahnya . Percobaan diulangi sebanyak 3 x agar hasilnya lebih optimal. Pada penambahan NaOH (secukupnya ) bermaksud untuk menarik sisa asam dan untuk pigmentasi.
b. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Preparatif (KLTP)
Kromatografi Lapis Tipis
Menggunakan pelat alumina (alumina basa pH 10, karena bersifat basa) sebagai fase diam. Fase geraknya methanol : CHCL3 (1:1/ 5ml : 5ml) dijenuhkan dengan kertas saring di dalam  chamber. Penotolan larutan ekstrak dan larutan blangko (kloroform) dengan pipa kapiler arah tegak lurus, setelah ditotolkan dikering anginkan. Selanjutnya dideteksi pada sinar UV λ 254 nm, penandaan dilakukan jika terjadi peredaman (kafein + pelarut merupakan larutan yang tak berwarna, tidak bisa dilihat secara kasat mata, dengan deteksi sinar UV dapat terlihat dengan terdapat noda yang menunjukkan pemisahan antara fase diam dan fase geraknya/ terjadi interaksi sinar dengan indikator).
 Dengan ini, KLT mempunyai keuntungan yaitu:
a.       Waktu pemisahan yang cepat dan serbaguna (dapat digunakan berbagai senyawa tanaman).
b.      Untuk mengetahui kemurnian suatu senyawa (suatu senyawa dielusi dengan eluen beberapa beda polaritas menghasilkan 1 bercak).
c.       Untuk mendeteksi senyawa yang terkandung.
d.      Untuk standarisasi sampel (dengan parameter Rf-nya)
e.       Untuk perhitungan Rf (tanpa satuan) untuk mengetahui :
• Seberapa jauh bercak terelusi (Rf idealnya tidak lebih dari 1 ( 0,2 – 0,8)
• Bagaimana sifat kelarutannya





Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Pada KLTP penggunaan cuplikan sampel lebih banyak dari KLT, hasilnya dapat digunakan analisa lanjutan, lempeng kaca yang digunakan adalah ukuran 20cm×20cm. Silika gel GF 254 sebagai fase diam, fase gerak yang digunakan CHCL3 : methanol (1:1) yang dijenuhkan. Penotolan larutan ekstrak secara tegak lurus bentuk pita sampai habis dan cukup dikeringaginkan. Pengamatan/ identifikasi kofein pada UV λ 254 nm, penandaan dilakukan jika terjadi peredaman warna biru violet/ keunguan karena secara teori pada struktur molekul kofein terdapat gugus kromofor/ ikatan terkonjugasi yang menyerap energi sehingga mengalami eksitasi, dimana setelah molekul mengalami eksitasi ke tingkat energi lebih tinggi maka akan kembali ke keadaan semula (ground state) dan memancarkan energi yang terdeteksi oleh instrumen. Lalu dikerok dan masukkan ke Erlenmeyer dan untuk selanjutnya dilakukan tahap sublimasi.
c. Sublimasi
Pada tahap akhir proses ini adalah pemurnian kofein dari daun teh dilakukan dengan cara sublimasi. Tetapi tidak semua senyawa dapat dimurnikan dengan metode sublimasi. Senyawa lain dalam daun teh seperti tannin, katekin, dan golongan polifenol tidak bisa disublimasi, hanya kofein yang dapat dimurnikan dengan cara sublimasi. Pada dasarnya kofein (bersifat non-polar) yang akan disublimasi dilarutkan dalam kloroform (semipolar) sesuai prinsip like-dissolve-like (yang dilarutkan = yang terlarut). Hasil pemurnian yang diperoleh berupa hablur kristal jarum yang mengkilap berwarna putih tidak berbau, berasa pahit dan agak sukar larut dalam air.











KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan didapat kesimpulan bahwa:
• Daun teh (Theae Folium) kering seberat 35,814 gram dilakukan isolasi kofein dengan metode:
1.  Ekstraksi, diperoleh hasil = 0,226 gram
2.  Kromatografi lapis tipis, diperoleh hasil Rf = 0,992 ( HRf = 92,2 % )
Pembacaan pada sinar UV λ = 254 nm menunjukkan adanya senyawa kofein dengan adanya fluoresensi biru keunguan.
    Kromatografi lapis tipis preparatif, diperoleh hasil =  1,56 gram
Sublimasi didapat hasil:
Kristal kofein 0,015 gram berbentuk hablur kristal jarum, berwarna putih.
Dengan perolehan Rendemen:
1. R terhadap ekstrak kofein = 0,63 %
2. R kafein kristal = 0,96 %

REFERENSI
1.  Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1980. Materia Medika Indonesia. Jilid IV.
2. Kirk-Othmer. 1998. Encyclopedia of Chemical Technology 4th Ed. 10:88.
3. Ponco Rahayu, Mamik.dkk. 2011. Petunjuk Praktikum Fitokimia S1 Farmasi. Universitas Setia Budi. Surakarta.